Powered By Blogger

JANGAN CUMA KATANYA Oleh Kresna Djie di "MENDEM TRESNO"


JANGAN CUMA KATANYA....


Sore itu ketika mata.hari mulai terbenam, aku berjalan di tepi pantai. Kulihat seorang
nelayan sedang menyiapkan perahu hendak pergi mencari ikan. Kuhampiri
nelayan itu dan sejenak kami berbincang-bincang. Kesederhanaan hidupnya tercermin dalam rutinitas sebagai nelayan yg nampak selalu tegar dan murah
senyum dalam lingkungan kelurga kecilnya.
Dalam obrolan perkenalan ini ada hal yang membuatku tertarik untuk
mengetahui lebih dalam tentang prinsip hidup nelayan Tua ini yg bisa membuat
JANGAN CUMA KATANYA....


Sore itu ketika mata.hari mulai terbenam, aku berjalan di tepi pantai. Kulihat seorang
nelayan sedang menyiapkan perahu hendak pergi mencari ikan. Kuhampiri
nelayan itu dan sejenak kami berbincang-bincang. Kesederhanaan hidupnya tercermin dalam rutinitas sebagai nelayan yg nampak selalu tegar dan murah
senyum dalam lingkungan kelurga kecilnya.
Dalam obrolan perkenalan ini ada hal yang membuatku tertarik untuk
mengetahui lebih dalam tentang prinsip hidup nelayan Tua ini yg bisa membuat
pak Tua ini begitu tegar, murah senyum dan nampak bersemangat yang
menyiratkan kebahagiaan dan kenyamanan dalam hidupnya.

Pak Tua, apa sebenarnya yang membuat bapak begitu semangat dan terkesan santai (gak ngoyo) menjalani hidup ini, ”tanyaku“.

Mas, Urip kui nggur ”sawang sinawang” jawab pak Tua.
Dunia bukanlah ukuran yang membuat manusia hidup susah atau senang.
Hidup itu bisa dibuat mudah juga bisa dibuat susah.
Intinya” senangnya orang hidup itu, hidupnya orang senang.
Susahnya org hidup itu,hidupnya orang susah“.
Maksudnya, Susah senang itu ada di dlm diri masing2, bukan berada diluar diri.
Jadi kalau kata ajaran agama, Surga dan Neraka itu ada di dalam diri kita yg sudah kita rasakan sekarang, bukan nanti kalau sudah mati."

Sebelum pak Tua melanjutkan pembicaraannya, aku menyela… ”Loh, bukannya di dalam Kitab Suci dikatakan bahwa Surga dan Neraka bisa ditemui di alam akherat nanti pak“ Pak Tua menimpali, itu kan kalau kata Tulisan di Kitab Suci, apa kamu percaya sama tulisan?
Perkataan pak Tua ini membuatku tertarik untuk melanjutkan diskusi sambil cangkruk di bale panjang dan ditemani suguhan wedang Kopi.

Dengan semangat akupun melanjutkan dialog dengan nelayan tua itu :

aku : Mengapa orang harus beragama?

Nelayan Tua : Siapa yang mengatakan harus?

Aku : Sejak kecil aku dinasehati untuk menjadi orang yang taat beragama, karena hanya dengan demikian orang akan masuk surga. Lebih khusus lagi, aku juga diajari bahwa hanya yang memeluk agama Islam saja yang bakal masuk surga.

Nelayan Tua : Hehe dan engkau pun percaya?

Aku : Mau tidak mau, karena hanya dengan begitu aku bisa masuk surga.
Siapa yang tak ingin masuk surga?

Nelayan Tua : Lantas, apa yang kau maksud dengan surga?

 Aku : Menurut berita yang kuterima, itu adalah sebuah tempat yang teramat indah, yang didalamnya ada kebun yang indah, sungai mengalir di bawahnya, dan
yang paling menarik.. ada bidadari-bidadari yang teramat cantik…

Nelayan Tua : Ooooo…. jadi engkau berjuang menjadi pemeluk agama yang taat agar bisa menikmati semua itu?

Aku : Ya, kurang lebih begitu….

Nelayan Tua : Bagaimana jika semua itu tak ada?  Apakah engkau masih akan taat beragama?

Aku : aku belum memikirkannya….

Nelayan Tua : Ternyata…engkau itu pribadi yang tak ikhlash.. kau berbuat sesuatu karena ada maunya… ada pamrih

aku : Bukan begitu… aku hanya mengikuti apa yang diajarkan kepadaku…

Nelayan Tua : Hehe sekarang kau menyangkal… Tapi baiklah… apakah yang mengajarkanmu demikian, pernah melihat surga? Apakah mereka tahu pasti
bahwa surga itu ada?

Aku : gak tau jg, yang kutahu.. mereka mengatakan surga itu ada karena itulah yang dikatakan Kitab Suci…

Nelayan Tua : Oh.. jadi, diapun belum pernah tahu dan melihat sendiri…..

Aku : Lalu apa salahnya..bukankah yang dikatakan Kitab Suci itu pasti benar?

Nelayan Tua : Yang bilang salah siapa? aku hanya ingin tanya, apakah pemahamanmu, dan pemahaman orang-orang yang mengajarimu tentang yang dikatakan di dalam Kitab Suci itu pasti benar?

Aku : Kalau boleh jujur, kemungkinannya bisa benar ya bisa salah. Lantas, apa yang bisa menjadi tolak ukur bahwa pemahaman itu benar atau salah…
Bukankah.. pemahaman terhadap Kitab Suci itu sudah baku?
Bukankah semua ulama memahami bahwa memang surga itu seperti yang dikatakan di dalam kitab suci, dan bahwa itu hanya diperuntukkan bagi orang Islam?

Nelayan Tua : Itulah masalahnya…. kamu menganggap sesuatu yang cuma
merupakan pemahaman, persepsi, hasil olah pikiran, sebagai sebuah kebenaran yang mutlak dan baku…

aku : Lalu… bagaimana semestinya…

Nelayan Tua : Mari kita bicara tentang sebuah samudera.
Menurutmu, bagaimana caranya agar kita bisa tahu tentang samudera itu? Apakah kita sudah punya alat untuk mengetahuinya?

Aku : Dengan mataku, aku bisa melihat permukaan samudera yang biru…
kadang aku bisa melihat kapal berlayar di permukaan samudera itu…

Nelayan Tua: Baik…lalu apa yang ada dibalik permukaan samudera itu? Dan ada apa di kedalamannya?

Aku: kalau menurutku, mungkin didalamnya banyak ikan, terumbu karang atau barangkali ada kapal selam

Nelayan Tua : Apakah pasti demikian yang ada di dalam samudera?

Aku: Ya belum tentu

Nelayan Tua : Satu-satunya cara untuk mengetahui apa yang sesungguhnya ada di dalam samudera itu kamu harus menyelam, kamu harus masuk ke kedalaman

aku: ya.. Tentu saja

Nelayan Tua : Lalu, bagaimana caranya agar kamu bisa tahu hakikat surga?

Aku: Pertama, aku sekadar mempercayai apa yang dikatakan oleh orang yang menurutku pintar
Kedua, kugunakan akalku untuk menduga- duga seperti apa surga itu Tapi jelas, aku memang tak akan tahu banyak tentang surga kalau hanya itu Yang paling mungkin membuat aku tahu kebenaran surga ya aku harus masuk dulu ke situ..aku harus menyaksikannya langsung

Nelayan Tua : Lalu apa yang menghalangimu untuk melakukannya?

Aku: Bukankah itu tak perlu?  Bukankah sudah ada kitab suci? Bukankah sudah ada ulama yang membimbing kita?

Nelayan Tua: Kalau kau tak lakukan, kau tak akan pernah tahu kebenaran sesungguhnya, kau hanya akan terus dalam praduga, prasangka, bahkan sejatinya, kau juga tak akan tahu apakah yang selama ini kau yakini, yang kau terima sebagai ajaran dari sekian banyak orang yang kau anggap pandai itu, benar atau salah

aku: bapak benar, tapi mungkinkah?

Nelayan Tua : Di dalam dirimu, sesungguhnya ada pintu gerbang untuk mengetahui hakikat kebenaran yang selama ini tersembunyi

aku: aku tak pernah mendengar hal itu

Nelayan Tua : Ha..ha…ha….

aku: Mengapa tertawa

Nelayan Tua : Kau naif sekali, Kau yakin sekali sebagai pemilik tunggal surga, tapi hal sepele begitupun kau tak tahu

Aku: Ajari aku pak tua, aku sadar bahwa aku memang naif

Nelayan Tua : Untuk bisa menemukan gerbang itu.. kau harus melakukan banyak hal.
* Pertama, kau harus singkirkan kedengkian, amarah, keserakahan, dan berbagai keburukan lainnya dari dalam hatimu.
Lalu, kau sering-seringlah memasuki alam keheningan.. buat pikiranmu diam sejenak, biarkan dirimu berhubungan dengan suara di dalam hatimu.
Kemudian, kau harus berbuat baik kepada semua yang ada di sekitarmu… termasuk kepada pepohonan, bebatuan, langit, penghuni langit, tetangga, leluhur, dan semua makhluk ciptaan Tuhan.

Aku: Berat sekali

Nelayan Tua : Haha baru begitu saja sudah bilang berat kok yakin jadi pemilik surga

aku terdiam, Dalam hati aku misuh misuh pada diriku sendiri… "Diampuuuuuuttt..."

Nelayan Tua : Ya sudah, berhubung sudah larut kita akhiri jagongan ini, istirahat dulu bukannya besok kau akan menyelam nanti kau akan tahu sendiri keindahan di dalam laut setelah kau menyelaminya sendiri bukan dari cerita-cerita yg dutuliskan orang lain dalam buku.

Aku: Baik pak, terima kasih sudah bersedia menemani dan mengantarkan saya menyelam besok pagi.

Tidak ada komentar: