Powered By Blogger

KIDHUNG DARMAWEDA (WINGIT WANGSIT )

1. ana pandhita akarya wangsit ( ada seorang pertapa yang memberikan wejangan ), mindha kombang angajab ing tawang ( seperti seekor kumbang terbang ke langit ), susuh angin ngendi nggone ( di manakah angin bersarang ), lawan galihing kangkung ( dan juga di manakah tengah-tengahnya batang kangkung ), wekasane langit jaladri ( batas akhir langit dan samodra raya ), isining wuluh wungwang ( isinya sebatang bambu yang kosong ), manuk miber uluke ngungkuli langit ( seekor burung yang terbang mgatasi langit ), kusuma njrah ing tawang ( bunga-bunga bertebaran di langit ).
2. amek banyu apikulan warih ( mengambil air mempergunakan pikulan yang terbuat dari air ), amek geni sarwi adedamar ( mengambil api dengan penerang pelita ), kodhok ngemuli elenge ( seekor katak meliputi lubangnya ), miwah kang banyu den kum ( dan juga air dikum di dalam air ), myang dahana murub kabesmi ( juga api yang sedang bernyala dinyalakan dengan api ), bumi pinethak ingkang ( tanah di masukkan ke dalam tanah ), pawana katiyub ( angin dihembus angin ), tanggal pisan kapurnaman ( tanggal satu telah diterangi bulan purnama ), yen anenun senteg pisan anigasi ( apabila sedang membuat kain tenun disempurnakan sekali ), kudha ngerap ing pandengan ( seekor kuda nampak melesat di pandangan mata).

Maknanya

1. di dalam laku samadi langkah pertama yang harus diperhatikan adalah memperhatikan keluar masuknya napas di dalam paru-paru (susuhing angin), di dalam dada, yang di dalam kidhung tersebut diungkapkan dengan kata-kata "susuh angin ngendi nggone"...........setelah itu laku samadi menapak ke menonaktifkan aktifitas pancaindera dan hawa nafsu smpai ke titik nol, zero, atau kosong, atau suwung, yang di dalam kidhung tersebut diungkapkan dengan kata-kata "lawan galihing kangkung (kosong), wekasane langit jaladri (kosong tak terbatas), isining wuluh wungwang (kosong)............setelah itu langkah samadi menapak ke dalam keadaan mengatasi ruang dan waktu, yang di dalam kidhung tersebut di atas diungkapkan dengan kata-kata "manuk miber uluke ngungkuli langit"..............keadaan yang demikian itu menumbuhkan KASIH, Keluhuran budi, Kebajikan-Kebajikan, Damai sejahtera, di dalam hati,di dalam jiwa, karena tidak aktifnya hawa nafsu dan pancaindera, yang di dalam kidhung tersebut di atas diungkapkan dengan kata-kata "kusuma njrah ing tawang"
2. .....langkah kedua yang sangat menentukan yaitu menantikan bimbingan Roh kita yang diciptakan sebagai percikan Allah , yang di dalam kidhung tersebut di atas diungkapkan dengan kata-kata "amek banyu apikulan warih, amek geni sarwi adedamar"......setelah Roh kita berkenan membimbing jiwa raga kita untuk bersujud kepada Allah , Roh kita akan meliputi diri dan kesadaran kita sepenuhnya, yang di dalam kidhung tersebut diungkapkan dengan kata-kata "kodhok ngemuli elenge".....................ketika Roh kita meliputi seluruh diri dan kesadaran kita, sirnalah semua sifat-sifat kita yang rendah, yang jahat, yang buruk, kita tidak takut lagi menghadapi segala kesulitan hidup, tidak khawatir lagi menghadapi segala kesulitan hidup, yang di dalam kidhung tersebut di atad diungkapkan dengan kata-kata "miwah kang banyu den kum, myang dahana murub kabesmi"....hati, jiwa kita, menjadi sentosa, yang di dalam kidhung tersebut diungkapkan dengan kata-kata "bumi pinethak", maka sirnalah sifat pembohong, penipu, dari dalam hati, jiwa, kita, kita menjadi jujur, yang di dalam kidhung tersebut diungkapkan dengan kata-kata "ingkang pawana katiyub"...............pada titik itulah......hati kita, jiwa kita, diperkenankan menyaksikan kesempurnaan ngelmu yang diberikan Allah , yang di dalam kidhung itu diungkapkan dengan kata-kata "tanggal pisan kapurnaman"..........dan hati kita, jiwa kita, diperkenankan menyaksikan bahwa kita telah dilepaskan, dibebaskan, dari segala macam kelekatan..............hati kita, jiwa kita lepas bebas melesat di kebebasan alam semesta, nampaklah seekor kuda melesat bebas..."kudha ngerap ing pandengan"...

Tidak ada komentar: