Powered By Blogger

babad pecinaan part2


XI
Dipati Jayaningrat telah memberi Iaporan kepada Ki Patih, bahwa perang Cina Kumpeni telah terjadi. Kumpeni kalahyba­nyak yang mati. Patih lalu melapor kepada raja. Raden Pringga­laya, Ki Metaun dan Suryodiningrat diangkat menjadi manggala perang. Karena itu jurutulis Cina Kartosura bemama Ham disuruh menemui Pringgalaya, Ki Metaun dan Suryodiningrat untuk kelan­caran pemecahan persoalan Cina — Kumpeni.
Dalam pada itu Demang Salukat mata-mata Pringgalaya mem­perhatikan gerak-gerik orang-orang Cina. Ia lalu lapor kepada Ar­ya Pringgalaya. Ki Metaun mengatakan ia hanya akan tunduk atas perintah raja. Karena semua masih dirahasiakan. Suryodi­ningrat berkata, mengapa Cina justru sudah tahu akan rahasia raja. Tidak pantas Cina ikut-ikutan mengatur negara. Suryodining­rat akan menumpas Cina. Singaranu setuju dengan pendapat Sur­yodiningrat, demikian pula Tumenggung Metaun. Tumenggung Sedayu mengatakan bahwa orang Madura akan ikut menghadang Cina di kali Tuntang.Ham bersama 12 orang Cina Iainnya mau menghadap Pringga­laya, dicegat di kali Tuntang. Sembilan orang terbunuh kepalanya dipotong. Sedang yang tiga orang lagi melarikan diri.
XII
Utusan yang membawa 9 orang kepala Cina telah menghadap Sang Patih, setelah diperiksa ternyata yang sebuah adalah kepala Ham. Ki Patih lalu melapor ke istana. Kepala Ham lalu diserah­kan kepada kumpeni. Kapten kumpeni sangat senang. Perang di Tuntang Cina kalah. Ki Patih lalu menyurati Paridan. Pada waktu itu Sing Seh telah mendapat laporan. Ia sangat marah bahwa Ham dibunuh oleh Pringgalaya, Ki Metaun dan Suryodiningrat Sing Seh lalu berpakaian perang menemui Martapura. Martapura mem­perlihatkan surat dari Sang Patih yang menyalahkan orang Cina membuka rahasia raja. Sing Seh merasa bersalah.Pada waktu itu di Kartasura banyak orang yang suka meng­adu-adu. Pangeran Wiramenggala menitipkan empat buah peti yang dikatakan berisi emas dan permata, sesungzuhnya hanya berisi batu bata ke beteng kumpeni. Tiap malam ada orang yang melapor kepada Raden Patih bahwa Puspadirja dan bekas Turneng­gung Batang, menantu Tepasana pada pukul 10 malam mem,bawa ernpat buah peti ke beteng kumpeni. Puspadirja menginap di benteng kumpeni. Patih lalu melaporkannya kepada raja_ Maka Sang Prabu Ialu memerintabkan untuk menangkap Puspadirja dan be­kas Tumenggung Batang.
XIII
Puspadirja dan bekas Turnenggung Batang telah tertangkap dan dipenjara. Wirajaya laiu diutus memberi tahu Kapitan Lapel bahwa dua penghasut yang merusak negara akan dibunuh. Kapiten ter­kejut. Ia mengatakan bahwa ia tidak percaya akan laporan-iaporan palsu. Kapten pesan pada utusan untuk dilaporkan kepada raja bahwa Wiramanggala menitipkan 4 buali peti kepunyaan adiknya, Tepasana. Wirajaya mengatakan mengapa dititipkan ke beteng kumpeni bukan kepada Patih atau Wirajaya. Jadi perbuatan itu salah dan kapten ikut salah pula.
Maka dibukalah peti-peti itu yang temyata hanya berisi batu bata semuanya. Wirajaya lalu mengamblI dua pesakitan dari dalam penjara dan keduanyo dibunuh di alun-alun. Sang Prabu lalu berkata kepada Patih, bahwa sekarang tinggal Pangeran Tepasana yang dianggap menjadi lawan raja. 1a diserahkan kepada patih.
XIV — XV
Patih mengutus Mlayakusuma untuk menyelesaikan Pangeran Tepasana. Pada waktu itu Pangeran. Tepasana sedang terkejut men­dengar menantunya dibunuh. Dalam pada itu Jayaningrat mengirim surat kepada Ki Patih,memberitahukan bahwa kumpeni mulai curiga atas perangnya orang Jawa terhadap Cina. Patih menjawab tidak perlu khawatir.
Sebenarnya Pangeran Tepasana telah mendapat laporan dari Pangeran Arya.Jayakusuma bahwa ada aduan dari kapten bahwa Pangeran Wiramanggala niengirim dua surat aduan kepada kapten.Yang diutus Puspadirja, karena itu ia dibunuh. Pangeran Tepa­sana mengatakan bahwa itu semua fitnah belaka, tidak perlu diperpanjang.  
Pada hari yang berikutnya, Mlayakusuma diutus memanggil Pangeran Tepasana ke kepatihan, karena Kapten Lapel ingin ber­temu. Pangeran Tepasana heran karena merasa tidak ada urusan apa-apa. Hanya ia ingat akan kejahatan Pangeran Wiramanggala.
Pada pagi hari, Pangeran Tepasana dan Pangeran Mlayakusuma telah berangkat ke kepatihan. Di sana telah tersedia kursi-kursi yang diatur rapi seolah-olah akan ada pertemuan. Di kepatihan telah disiapkan barisan secara rahasia. Akhirnya dengan akal licik Pangeran Tepasana dan Pangeran Jayakusuma dapat ditangkap se­lanjutnya lalu dibunuh.
XVI
Pangeran Tepasana dan Pangeran Jayakusuma telah dibunuh, mayatnya dikubur di gunung Wujil. Atas meninggalnya Pangeran Tepasana, Pangeran Wiramanggala sangat sedih dan menyesal. la tidak mengira kalau akan demikian akibatnya. Ketika itu Raden Wiratmeja dan Raden Mas Garendi putra Tepasana sedang mulai remaja. Demikian pula Raden Mas Surada putra Jayakusurna: Me­reka sedang senang-senangnya berpakaian, pada ribut ingin menga­muk. Maka Pangeran Wiramanggala mengajak pergi anak-anak itu untuk rnencari akal.
Telah dilaporkan kepada raja bahwa Pangeran Wiramanggala bersama seluruh keluarganya meloloskan diri dari Kartasura. Sang Prabu lalu memerintahkan untuk mengejamya.
Mereka yang meloloskan diri berjalan tanpa berhenti. Pagi hari sampai di Sima. Mereka sangat lelah. Pengejar telah dekat, dapat dilawan oleh Raden Mas Wiratmeja. Pengejar kalah kuda dirarnpas. Pelarian lalu naik gunung, sampai di tempat tinggal Kapitan Sing Seh. Barisan cina agak curiga. Sing Seh menanya­kan pelarian dari mana, lalu dijawab oleh. Pangeran Wiramanggala bahwa ia dengan pengikutnya adalah orang-orang Kartasura yang diganggu oleh punggawa kerajaan.  Ayah Wiratmeja, adik Wiramanggala telah dibunuh. Ia dan keluarganya hanya ingin mengungsi untuk hidup. Pengungsi Ialu diberi tempat oleh Sing Seh dan diberi makanan. Di samping itu Sing Seh lalu memberi­tahukan kepada Martapura bahwa ada pengungsi dari Kartasura bemama Wiramanggala dan Wiraatmaja dari Kartasura dengan ke­luarganya.

Tidak ada komentar: