Powered By Blogger

BABAD PACINAN part1




I
Para adipati pendapatnya masih tetap seperti dulu. Patih lalu melapor kepada raja. melaporkan bahwa Tumenggung Tir­tanagara meninggal. Arya Wiryadiningrat lalu diangkat untuk menggantikannya. Dalam pada itu Paridan atau Martapura telah memberitahu Cik Macan dan Muda Tik pemimpin Cina di Gerobogan bahwa Sang Prabu memihak Cina Karena itu supaya dilaporkan kepada Sing Seh dan supaya cepat bersiap siaga. Tetapi hal itu di­rahasiakan. Martapura lalu dikirimi kain beludru sebanyak 700 tumpuk oleh Sing Seh. Selanjutnya Martapura lalu mengirim su­rat kepada kumpeni di Semarang.
II
Surat itu mengatakan bahwa di Gunung Puwan ada 300 orang barisan Cina yang suka merampas. Sang Patih sangat marah, Mar­tapura diperintah untuk menumpasnya, tetapi kekurangan praju­rit. Maka minta tolong kepada kumpeni.Membaca berita itu kumpeni sangat senang hatinya, lalu mengirim peluru, senjata dan bermacam-macam kain beludru ke­pada Martapura. Kemudian Martapura lalu memberitahu kepada Cik Macan clan' Muda Tik. kalau besuk kumpeni, datang, diajak perang pura-pura dengan senjata tanpa peluru.
Maka pada pagi harinya, ketika kumpeni telah dekat, pra­jurit Martapura dan Cina pura-pura berperang ramai. Setelah kum­peni mulai tampak, Martapura melambaikan tangan menyuruh orang-orang Cina melarikan diri dan Martapura pura-pura me­ngejar. Kumpeni senang melihatnya, tidak tahu bahwa mereka di­kibuli.

III
Di rumah, Martapura sangat bertirakat. Pada waktu itu Ki Patih mendengar berita bahwa Cina di gunung bubar karena di­serang oleh kumpeni. Ki Patih sangat marah kepada laden Marta­pura, lalu mengirim surat Martapura memberi bukti kepada utus­an Ki Patih agar dilihat sendiri kekuatan barisan Cina di Tanjung Welahan. Dikatakan bahwa kumpeni sengaja didatangkan oleh Martapura ke gunung, untuk mengganggu barisan Cina di gunung, menyatukan diri ke Tanjung Welahan. Semua laku dan sia­satnya ini diceritakan dalam surat balasannya kepada Ki Patih. Ki Patih menyesali kcmarahannya kepada Paridan. Sernua itu lalu dilaporkan kepada Sang Prabu, yang membuat senang hati Sang Prabu.
IV — V
Sang Prabu telah membaca surat Paridan yang mengisahkan cara-caranya mengibuli kumpeni. Sang Prabu tertawa girang. Ia laiu memerintahkan kepada Patih agar Paridan diperintahkan untuk melanjutkan siasatnya. Patih Natakusuma lalu mengirim uang sebanyak 400 reyal, barang-barang  serta senjata.
Kemudian datang utusan dari kumpeni Semarang, yang mem­bawa surat berisi permintaan kernbalinya para tumenggun di pesi­sir. Patih melapor kepada raja, bahwa menurut Adipati Jayaning­rat permintaan itu sebaiknya dituruti saja, cukup dua orang bupati untuk rnemukul Tanjung Welahan. Sang Prabu setuju. Dengan se­cara rahasia, cina-cina. di dalam negeri diperintahkan keluar.
VI
Ngabehi Mangkudirana diperintahkan untuk mengejar Cina yang keluar dari dalarn kota. Sampai di Kaligadu barisan Cina itu terkejar, lalu, diberondong senjata tanpa peluru. Cina digiring ke Saroja. Patih Natakusuma lalu memanggil Jayaningrat untuk me­nyiapkan prajurit yang akan bersama-sama dengan kapten kumpe­ni menyerang Tanjung Welahan.
Pada waktu itu Sing Seh dengan para prajuritnya telah siap menggempur Semarang. Kapten Cina di Semarang telah ditahan kumpeni. Orang-orang Cina di Semarang semua telah lari ke ti­mur ke Tanjung Welahan. 
Dalam pada itu tiga orang bupati yang diutus Sang Prabu te­lah menemui komandan kumpeni di Semarang, menyampaikan surat dari raja dan dari patih serta barang-barang bawaan yang lain. Ketiga bupati itu juga mengirim utusan rahasia kepada Marta­pura. Martapura telah menerima kabar tentang hal itu lalu pergi ke Demak dengan bersenjata lengkap. Martapura juga telah mengi­rim surat kepada Sing Seh bahwa barisannya akan diserang, agar berhati-hati.
VII
Limaratus orang Cina bersiap menghadapi barisan dari Dernak. Mereka bertempur di barat Tanjung dengan tanpa peluru. Perang­nya ramai dengan suara gemuruh karena letusan senjata yang ko­song itu. Para tumenggung melarikan diri dengan dikejar oleh ba­risan Cina. Lalu datang laporan kepada komandan kumpeni Se­marang bahwa Dernak kalah, prajuritnya banyak yang mati. Kum­peni lalu minta tarnbah bantuan lagi kepada Sang Prabu. Maka Adipati Jayaningrat beserta para pengikutnya lalu berangkat ke Semarang membawa surat perintah Sang Parbu.
VIII
Sarnpai saat itu, Ki Patih Natakusuma baru ingat bahwa Pa­ngeran Adipati Cakraningrat di Madura tidak diajak berunding. Maka Patih ialu mengirim utusan membawa surat ke Madura. Adipati Madura telah lama mendengar tentang gerak-gerik Karta­sura, dari putranya Raden Sidayu. Kepada dua orang utusan di­katakan bahwa Cakraningrat merasa tidak dipakai lagi oleh Sang Prabu. Ia telah tahu tentang gerak-gerik negeri Kartasura. Demi­kian dikatakan secara lisan agar disampaikan secara lisan kepada Sang Prabu, tidak usah memakai surat balasan. Jika mau meno­long Cina membuang kumpeni, itu tidak ada gunanya. Kalau me­nolong kumpeni akan bisa membuat perjanjian yang meringan­kan beban orang Jawa. Kalau tidak buang saja kedua-duanya. Jika memusuhi Cina, orang Kartasura jangan ada yang berperang, cukup orang Sampang saja. Tetapi kalau menoIong Cina, wong Madura menjadi lawan.
Utusan pulang. Sesampainya di Kartasura segera rnelapor ke­pada patih, semua yang dikatakan oleh Cakraningrat. Patih sangat marah, lalu mengutus Mantri Sidayu menyampaikan surat ke Ma­dura. Madura membalas, jadi saling tantang-menantang.Setelah utusan pergi, Cakraningrat lalu mengirim 400 orang prajurit.
IX
Jayaningrat dengan seluruh prajuritnya telah sampai di Demak. Raden Martapura telah mendapat surat dari patih yang memberi petunjuk akan siasat perang kepada Kapten Sing Seh. Barisan diperbesar. Sing Seh segera mengumpulkan pengikutnya. Karena akan berhadapan dengan para adipati, maka oIeh Sing Seh sebagian prajuritnya diperintahkan lewat laut dan sebagian di sungai Tangi. Prajurit Cina lebih dari 3000 orang. Barisan para adipati Iangsung ke Lemper, Demak . Tiga orang utusan lalu dikirim untuk melapor kepada komandan kumpeni. Dua orang dari tiga orang utusan itu dilukai pantatnya, berlobang bekas peluru. Darahnya berceceran, bajunya diolesi tana.liat. Lalu tersiar kabar bahwa para adipati kalah perangnya dan Cina akan menggempur Sema­rang.
Komandan kumpeni melihat tiga orang naik kuda yang ber­lepotan darah. Setelah ketiga orang itu ditanya, jawabnya mereka adalah dutanya adipati Jayaningrat untuk melapor bahwa mereka kalah perang Kemudian ada yang melapor bahwa musuh datang dari lautan, Iangsung menuju Lepen Tangi. Untuk menghadapi Cina dari lautan itu, kumpeni minta agar prajurit Jawa dan praju­rit Belanda berbarengan melawan Cina.
X
Maka demikianlah, barisan kumpeni bersama-sama dengan ba­risan para adipati telah sampai di Sumur Bacin lalu ber­henti. Kumpeni di depan diikuti Barisan-Makasar, sedangkan para adipati berada di kanan kirinya, Prajurit Cina telah kelihatan turun dari Kalibanteng dengan rnenabuh kentongan. Kumpeni siap siaga. Tiba-tiba barisan Cina menghilang menyusup  dan suara kentongan berhenti. Cina-cina yang menyusup itu lalu meng­endap-endap ke pinggir jalan. Dengan tiba-tiba dan serentak me­reka muncul menyerang barisan kumpeni dengan cepat. Barisan kumpeni terkejut, barisannya rusak kebingungan. Cina mengamuk seperti mabuk perang. Kumpeni dan Bugis banyak yang mati,  Cina—Jawa berperang lupa akan janjinya bersama, Akhirnya ada yang mengingatkan, barisan Cina lalu mundur kernbali ke selatan. Prajurit kumpeni sebanyak 100 orang tinggal 20 orang yang hidup, melarikan diri ke dalam benteng kumpeni.

Tidak ada komentar: