Powered By Blogger

PRESPEKTIF TENTANG PUSAKA



Ada banyak aspek yg menjadikan keris dipandang sebagai pusaka oleh masyarakat dan perorangan.... Mungkin karena keris tersebut melegenda seperti Naga Sasra dan Sabuk Inten, bisa juga karena keris tersebut merupakan pusaka Kraton seperti Kanjeng Kyai (KK) Toya Tinaban, Purbaniyat, Jaka Piturun dsb, bisa juga karena keris tersebut merupakan tinggalan dari keluarga secara turun temurun yg biasanya dimiliki masing2 orang/keluarga, atau keris yang dipandang menjadi penanda suatu kejadian semisal keris2 yg dihiasi kinatah sebagai sengkalan tahun.

Ada juga keris yg karena kesaktiannya lantas dipandang sebagai pusaka, atau keris yg dimiloiki oleh tokoh pada jaman dulu semisal KK Setan Kober, KK Kopek pesanan Sunan Kali Jaga yang dihadiahkan kepada Raden Patah.... dan masih banyak lagi landasann mengapa sebilah KERIS dipandang sebagai pusaka....

Pernah seorang teman menamai kerisnya yang buatan baru dan sudah dituakan dengan gelar Kanjeng Kyai Pangeling karena mengingatkan dia pas beli keris keblondrok, trus agar tidak membuat kebijakan yg salah di perusahaan, maka dia taruh keris itu di kantor. Jadi kalo mau ambil kebijakan perusahaan harus hati2....

Dalam kajian Sematik, penamaan merupakan sebuah proses perlambangan suatu konsep untuk mengacu kepada suatu referen yang berada di luar bahasa. Plato di dalam suatu percakapan yang berjudul ‘Cratylos” menyatakan bahwa lambang itu adalah kata di dalam suatu bahasa, sedangkan makna adalah objek yang dihayati di dunia nyata berupa rujukan, acuan, atau sesuatu yang ditunjuk oleh lambang itu. Oleh karena itu, lambang-lambang atau kata-kata itu tidak lain daripada nama atau label yang dilambangkannya, mungkin berupa benda, konsep, aktivitas, atau peristiwa (Chaer, 2009: 44).

Dalam masyarakat kita, terutama terkait dengan kepusakaan sebuah benda, jika dikaitkan dengan proses animisme-dinamisme yg sampai sekarang masih tetap diyakini, mistisme akan sebuah benda memang tidak bisa dielakkan dari pandangan umum. Usaha untuk mencari jatidiri atas sebuah benda dan atau bisa karena ingin memiliki identitas maka sebuah benda yang dipandang sakral akan diberi nama yang berbeda dengan benda itu sendiri. Semisal sebuah pohon karena dipandang memiliki tuah atau kekuatan mistis maka diberilah nama lain agar tidak disebut pohon. Pengidentifikasian dan atau mencari sebuah identitas yang berbeda.

Perkembangan selanjutnya dalam masyarakat Hindu-pun, simbolisme semakin banyak diungkapkan, pura diberi nama, patung/arca dsb... sebuah keinginan untuk memberikan identitas agar tidak sama dengan umumnya karena dipandang memiliki kekuatan mistis atau energi lebih dari yang lain.

Dengan demikian, penamaan sebilah keris dengan gelar adalah sebuah keinginan untuk membedakan dia dari keris2 yang lain. Ada sebuah identitas yang melekat entah itu karena trah/turun, energi dan atau mistisme yang mendukungnya, prosesi pembuatan, sebuah peristiwa dan sebagainya... penanda...

Tetapi penamaan benda dengan kepusakaan sangat berbeda. Kepusakaan lebih pada aspek non fisik yang susah untuk dilogika dalam cara pandang umum. Pusaka bagi si A belum tentu pusaka bagi si B.

Bisa saja kepusakaan sebilah keris karena aspek filosofis (ini yang masih bisa kita gelontorkan di masyarakat luas yang masih bisa dicerna), bisa juga aspek mistisme, prosesi ritual yang melatarbelakanginya dan sebagainya... Maka tak heran jika proposal Unesco dan juga Unesco sendiri mengedepankan aspek mistisme juga dalam sebilah keris agar tetap dipandang sebagai pusaka.

"Pusaka" sifatnya lebih ke pribadi masing2.. Seperti halnya orang beribadah. Ini merupakan ranah private. Tetapi kepusakaan sebilah keris saya rasa masih bisa masuk ke ranah publik yang bisa dikaji berbagai hal yang melatarbelakangi.

Sekarang misal, bicara ttg pandangan energi pada keris. Pendekatan teknologi bisa kita gunakan.... tapi entah sudah kita coba atau belum, Biar apa ? Gak seolah2 waton muni, roso yg sifatnya subyektif, keris ini energinya besar, ini bahkan tidak ada dsb... Semisal ada foto aura, ada alat pencari & pengukur gelombang energi (ada acaranya di TV seperti mencari hantu), atau entah teknologi yang lain, ini kita adopsi. Jadi sifatnya kajian keilmuan.

Dulu.. para mPu tirakat, ndedungo, menjauhi hal2 yg sifatnya keduniawian, selalu berusaha mendekatkan diri pada Tuhan... Dan Tuhanpun tidak segan2 memberikan kelebihan aspek spirituil paa mereka2. Sekarang.. apakah kita seperti itu sehingga Tuhan berkenan memberikan sebagian kecil sekali ilmu waskitanya ? Mawas diri karena kondisi kekinian atas diri kita pribadi membuat kita harus lebih menggunakan akal pikiran utk selalu menggali metode2 baru...

Sedangkan mengenai keris dilihat dari aspek teknis, saya rasa ini hanya part of the kris itu sendiri. Bagian kecil disamping aspek yang lain.

Teknis pamor, tempa, pemilihan bahan, kita kaji dari metodologi metarulgi. Rancang bangun keris kita kaji dari sisi ergonomi - studi gerak ruang dan waktu (sifatnya teknis keris sebagai senjata), dari aspek kesejarahan, budaya & antropologi, dsb.. Kita adopsi berbagai disiplin ilmu itu utk mengkaji keris. Nah dari sana akan muncul aspek teknis, kepusakaan, sakral - mistisme, dsb... Jadi semakin menguak pemahaman umum ttg ilmu pengetahuan ttg keris itu sendiri.


NOTE : copas wikipedia :
Pusaka adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyebutkan suatu benda yang dianggap sakti atau keramat. Biasanya benda-benda yang dianggap keramat disini umumnya adalah benda warisan yang secara turun-temurun diwariskan oleh nenek moyangnya.

Tidak ada komentar: